Pengira Kumpulan DNA: Tukar A260 kepada ng/μL
Kira kepekatan DNA daripada bacaan serapan (A260) dengan faktor pengenceran yang boleh disesuaikan. Alat penting untuk makmal biologi molekul dan penyelidikan genetik.
Pengira Konsentrasi DNA
Parameter Input
Hasil Pengiraan
Konsentrasi DNA dikira menggunakan formula berikut:
Visualisasi Konsentrasi
Dokumentasi
Kalkulator Konsentrasi DNA
Pengenalan
Kalkulator Konsentrasi DNA adalah alat penting bagi ahli biologi molekuler, ahli genetika, dan teknisi laboratorium yang perlu menentukan dengan akurat konsentrasi DNA dalam sampel mereka. Pengukuran konsentrasi DNA adalah prosedur dasar di laboratorium biologi molekuler, yang berfungsi sebagai langkah kontrol kualitas yang kritis sebelum melanjutkan dengan aplikasi lanjutan seperti PCR, pengurutan, kloning, dan teknik molekuler lainnya. Kalkulator ini menggunakan prinsip spektrofotometri untuk menghitung konsentrasi DNA berdasarkan absorbansi UV pada 260nm (A260), menerapkan faktor konversi standar dan memperhitungkan setiap pengenceran sampel asli.
Kalkulator yang ramah pengguna ini menyederhanakan proses penentuan baik konsentrasi (ng/μL) maupun jumlah total DNA dalam sampel Anda, menghilangkan kebutuhan untuk perhitungan manual dan mengurangi risiko kesalahan matematis. Apakah Anda sedang mempersiapkan sampel untuk pengurutan generasi berikutnya, mengukur persiapan plasmid, atau menilai hasil ekstraksi DNA genomik, alat ini memberikan hasil yang cepat dan dapat diandalkan untuk mendukung penelitian dan alur kerja diagnostik Anda.
Cara Menghitung Konsentrasi DNA
Prinsip Dasar
Perhitungan konsentrasi DNA bergantung pada Hukum Beer-Lambert, yang menyatakan bahwa absorbansi suatu larutan secara langsung proporsional terhadap konsentrasi spesies yang menyerap dalam larutan dan panjang jalur cahaya melalui larutan. Untuk DNA double-stranded, absorbansi 1.0 pada 260nm (A260) dalam cuvette panjang 1cm berkaitan dengan konsentrasi sekitar 50 ng/μL.
Rumus
Konsentrasi DNA dihitung menggunakan rumus berikut:
Di mana:
- A260 adalah bacaan absorbansi pada 260nm
- 50 adalah faktor konversi standar untuk DNA double-stranded (50 ng/μL untuk A260 = 1.0)
- Faktor Pengenceran adalah faktor di mana sampel asli diencerkan untuk pengukuran
Jumlah total DNA dalam sampel kemudian dapat dihitung dengan:
Memahami Variabel
-
Absorbansi pada 260nm (A260):
- Ini adalah pengukuran seberapa banyak cahaya UV pada panjang gelombang 260nm diserap oleh sampel DNA
- Nucleotida DNA (terutama basa nitrogen) menyerap cahaya UV dengan puncak absorbansi pada 260nm
- Semakin tinggi absorbansi, semakin banyak DNA yang ada dalam larutan
-
Faktor Konversi (50):
- Faktor konversi standar 50 ng/μL khusus untuk DNA double-stranded
- Untuk DNA single-stranded, faktornya adalah 33 ng/μL
- Untuk RNA, faktornya adalah 40 ng/μL
- Untuk oligonukleotida, faktornya bervariasi berdasarkan urutan
-
Faktor Pengenceran:
- Jika sampel diencerkan sebelum pengukuran (misalnya, 1 bagian sampel ke 9 bagian buffer = faktor pengenceran 10)
- Dihitung sebagai: (Volume Sampel + Volume Pelarut) ÷ Volume Sampel
- Digunakan untuk menentukan konsentrasi dalam sampel asli yang tidak diencerkan
-
Volume:
- Volume total larutan DNA Anda dalam mikroliter (μL)
- Digunakan untuk menghitung jumlah total DNA dalam sampel
Cara Menggunakan Kalkulator Ini
Ikuti langkah-langkah ini untuk menentukan konsentrasi DNA Anda dengan akurat:
-
Siapkan Sampel Anda:
- Pastikan sampel DNA Anda terlarut dan tercampur dengan baik
- Jika konsentrasi yang diharapkan tinggi, siapkan pengenceran untuk memastikan bacaan berada dalam rentang linier (biasanya A260 antara 0.1 dan 1.0)
-
Ukur Absorbansi:
- Gunakan spektrofotometer atau perangkat nanodrop untuk mengukur absorbansi pada 260nm
- Juga ukur absorbansi pada 280nm untuk menilai kemurnian (rasio A260/A280)
- Gunakan buffer yang sama yang digunakan untuk melarutkan/mengencerkan DNA Anda sebagai referensi kosong
-
Masukkan Nilai ke dalam Kalkulator:
- Masukkan nilai A260 yang diukur di bidang "Absorbansi pada 260nm"
- Masukkan volume total larutan DNA Anda dalam mikroliter
- Masukkan faktor pengenceran (gunakan 1 jika tidak ada pengenceran yang dilakukan)
-
Interpretasikan Hasil:
- Kalkulator akan menampilkan konsentrasi DNA dalam ng/μL
- Jumlah total DNA dalam sampel akan ditampilkan dalam μg
- Gunakan nilai-nilai ini untuk menentukan volume yang diperlukan untuk aplikasi lanjutan
-
Menilai Kemurnian DNA (jika A280 diukur):
- Rasio A260/A280 sekitar 1.8 menunjukkan DNA murni
- Rasio yang lebih rendah mungkin menunjukkan kontaminasi protein
- Rasio yang lebih tinggi mungkin menunjukkan kontaminasi RNA
Kasus Penggunaan
Pengukuran konsentrasi DNA sangat penting dalam berbagai aplikasi biologi molekuler dan bioteknologi:
Kloning Molekuler
Sebelum mengikat fragmen DNA ke dalam vektor, mengetahui konsentrasi yang tepat memungkinkan peneliti untuk menghitung rasio optimal insert-ke-vektor, memaksimalkan efisiensi transformasi. Misalnya, rasio molar 3:1 dari insert ke vektor sering memberikan hasil terbaik, yang memerlukan pengukuran konsentrasi yang tepat dari kedua komponen.
PCR dan qPCR
Reaksi PCR biasanya memerlukan 1-10 ng DNA template untuk amplifikasi optimal. Terlalu sedikit DNA dapat menyebabkan kegagalan amplifikasi, sementara terlalu banyak dapat menghambat reaksi. Untuk PCR kuantitatif (qPCR), kuantifikasi DNA yang lebih tepat diperlukan untuk memastikan kurva standar yang akurat dan kuantifikasi yang dapat diandalkan.
Pengurutan Generasi Berikutnya (NGS)
Protokol persiapan pustaka NGS menentukan jumlah input DNA yang tepat, sering kali dalam rentang 1-500 ng tergantung pada platform dan aplikasi. Pengukuran konsentrasi yang akurat sangat penting untuk persiapan pustaka yang sukses dan representasi yang seimbang dari sampel dalam pengurutan multiplex.
Eksperimen Transfeksi
Ketika memperkenalkan DNA ke dalam sel eukariotik, jumlah DNA yang optimal bervariasi berdasarkan jenis sel dan metode transfeksi. Biasanya, 0.5-5 μg DNA plasmid digunakan per sumur dalam format pelat 6-sumur, memerlukan pengukuran konsentrasi yang tepat untuk menstandarkan eksperimen.
Analisis DNA Forensik
Dalam aplikasi forensik, sampel DNA sering kali terbatas dan berharga. Kuantifikasi yang akurat memungkinkan ilmuwan forensik untuk menentukan apakah DNA yang cukup ada untuk profil dan untuk menstandarkan jumlah DNA yang digunakan dalam analisis selanjutnya.
Pencernaan Enzim Restriksi
Enzim restriksi memiliki unit aktivitas tertentu yang didefinisikan per μg DNA. Mengetahui konsentrasi DNA yang tepat memungkinkan rasio enzim-ke-DNA yang tepat, memastikan pencernaan lengkap tanpa aktivitas bintang (pemotongan non-spesifik).
Alternatif untuk Pengukuran Spektrofotometri
Meskipun spektrofotometri UV adalah metode paling umum untuk kuantifikasi DNA, beberapa alternatif ada:
-
Metode Fluorometrik:
- Pewarna fluoresen seperti PicoGreen, Qubit, dan SYBR Green mengikat secara spesifik ke DNA double-stranded
- Lebih sensitif daripada spektrofotometri (dapat mendeteksi serendah 25 pg/mL)
- Kurang terpengaruh oleh kontaminan seperti protein, RNA, atau nukleotida bebas
- Memerlukan fluorometer dan reagen spesifik
-
Elektroforesis Gel Agarosa:
- DNA dapat dikuantifikasi dengan membandingkan intensitas pita dengan standar konsentrasi yang diketahui
- Memberikan informasi tentang ukuran dan integritas DNA secara bersamaan
- Kurang tepat daripada metode spektrofotometrik atau fluorometrik
- Memakan waktu tetapi berguna untuk konfirmasi visual
-
PCR Real-Time:
- Metode sangat sensitif untuk mengkuantifikasi urutan DNA spesifik
- Dapat mendeteksi konsentrasi yang sangat rendah (hingga beberapa salinan)
- Memerlukan primer spesifik dan peralatan yang lebih kompleks
- Digunakan ketika kuantifikasi spesifik urutan diperlukan
-
PCR Digital:
- Kuantifikasi absolut tanpa kurva standar
- Sangat tepat untuk target dengan kelimpahan rendah
- Mahal dan memerlukan peralatan khusus
- Digunakan untuk deteksi mutasi langka dan analisis variasi jumlah salinan
Sejarah Pengukuran Konsentrasi DNA
Kemampuan untuk mengukur konsentrasi DNA dengan akurat telah berkembang secara signifikan seiring dengan kemajuan dalam biologi molekuler:
Metode Awal (1950-an-1960-an)
Setelah penemuan struktur DNA oleh Watson dan Crick pada tahun 1953, para ilmuwan mulai mengembangkan metode untuk mengisolasi dan mengkuantifikasi DNA. Pendekatan awal bergantung pada uji kolorimetri seperti reaksi difenilamina, yang menghasilkan warna biru ketika bereaksi dengan gula deoksiribosa dalam DNA. Metode ini relatif tidak sensitif dan rentan terhadap interferensi.
Era Spektrofotometri (1970-an)
Penerapan spektrofotometri UV untuk kuantifikasi asam nukleat menjadi umum di tahun 1970-an. Para ilmuwan menemukan bahwa DNA menyerap cahaya UV dengan maksimum pada 260nm, dan bahwa hubungan antara absorbansi dan konsentrasi adalah linier dalam rentang tertentu. Faktor konversi 50 ng/μL untuk DNA double-stranded pada A260 = 1.0 ditetapkan selama periode ini.
Revolusi Fluorometrik (1980-an-1990-an)
Pengembangan pewarna fluoresen spesifik DNA pada tahun 1980-an dan 1990-an merevolusi kuantifikasi DNA, terutama untuk sampel yang diencerkan. Pewarna Hoechst dan kemudian PicoGreen memungkinkan deteksi yang jauh lebih sensitif daripada yang mungkin dilakukan dengan spektrofotometri. Metode ini menjadi sangat penting dengan munculnya PCR, yang sering memerlukan kuantifikasi yang tepat dari jumlah DNA yang sangat kecil.
Era Modern (2000-an-Sekarang)
Pengenalan spektrofotometer mikrovolume seperti NanoDrop pada awal 2000-an mengubah kuantifikasi DNA rutin dengan hanya memerlukan 0.5-2 μL sampel. Teknologi ini menghilangkan kebutuhan untuk pengenceran dan cuvette, membuat proses lebih cepat dan lebih nyaman.
Saat ini, teknik canggih seperti PCR digital dan pengurutan generasi berikutnya telah mendorong batasan kuantifikasi DNA lebih jauh, memungkinkan kuantifikasi absolut urutan tertentu dan deteksi molekul tunggal. Namun, prinsip spektrofotometri dasar yang ditetapkan beberapa dekade lalu tetap menjadi tulang punggung pengukuran konsentrasi DNA rutin di laboratorium di seluruh dunia.
Contoh Praktis
Mari kita lihat beberapa contoh praktis perhitungan konsentrasi DNA:
Contoh 1: Persiapan Plasmid Standar
Seorang peneliti telah memurnikan plasmid dan memperoleh pengukuran berikut:
- Bacaan A260: 0.75
- Pengenceran: 1:10 (faktor pengenceran = 10)
- Volume larutan DNA: 50 μL
Perhitungan:
- Konsentrasi = 0.75 × 50 × 10 = 375 ng/μL
- Total DNA = (375 × 50) ÷ 1000 = 18.75 μg
Contoh 2: Ekstraksi DNA Genomik
Setelah mengekstraksi DNA genomik dari darah:
- Bacaan A260: 0.15
- Tidak ada pengenceran (faktor pengenceran = 1)
- Volume larutan DNA: 200 μL
Perhitungan:
- Konsentrasi = 0.15 × 50 × 1 = 7.5 ng/μL
- Total DNA = (7.5 × 200) ÷ 1000 = 1.5 μg
Contoh 3: Mempersiapkan DNA untuk Pengurutan
Protokol pengurutan memerlukan tepat 500 ng DNA:
- Konsentrasi DNA: 125 ng/μL
- Jumlah yang diperlukan: 500 ng
Volume yang diperlukan = 500 ÷ 125 = 4 μL larutan DNA
Contoh Kode
Berikut adalah contoh cara menghitung konsentrasi DNA dalam berbagai bahasa pemrograman:
1' Rumus Excel untuk konsentrasi DNA
2=A260*50*FaktorPengenceran
3
4' Rumus Excel untuk jumlah total DNA dalam μg
5=(A260*50*FaktorPengenceran*Volume)/1000
6
7' Contoh dalam sel dengan A260=0.5, FaktorPengenceran=2, Volume=100
8=0.5*50*2*100/1000
9' Hasil: 5 μg
10
1def calculate_dna_concentration(absorbance, dilution_factor=1):
2 """
3 Hitung konsentrasi DNA dalam ng/μL
4
5 Parameter:
6 absorbance (float): Bacaan absorbansi pada 260nm
7
8 Mengembalikan:
9 float: Konsentrasi DNA dalam ng/μL
10 """
11 return absorbance * 50 * dilution_factor
12
13def calculate_total_dna(concentration, volume_ul):
14 """
15 Hitung jumlah total DNA dalam μg
16
17 Parameter:
18 concentration (float): Konsentrasi DNA dalam ng/μL
19 volume_ul (float): Volume larutan DNA dalam μL
20
21 Mengembalikan:
22 float: Jumlah total DNA dalam μg
23 """
24 return (concentration * volume_ul) / 1000
25
26# Contoh penggunaan
27absorbance = 0.8
28dilution_factor = 5
29volume = 75
30
31concentration = calculate_dna_concentration(absorbance, dilution_factor)
32total_dna = calculate_total_dna(concentration, volume)
33
34print(f"Konsentrasi DNA: {concentration:.2f} ng/μL")
35print(f"Total DNA: {total_dna:.2f} μg")
36
1function calculateDNAConcentration(absorbance, dilutionFactor = 1) {
2 // Mengembalikan konsentrasi DNA dalam ng/μL
3 return absorbance * 50 * dilutionFactor;
4}
5
6function calculateTotalDNA(concentration, volumeUL) {
7 // Mengembalikan jumlah total DNA dalam μg
8 return (concentration * volumeUL) / 1000;
9}
10
11// Contoh penggunaan
12const absorbance = 0.65;
13const dilutionFactor = 2;
14const volume = 100;
15
16const concentration = calculateDNAConcentration(absorbance, dilutionFactor);
17const totalDNA = calculateTotalDNA(concentration, volume);
18
19console.log(`Konsentrasi DNA: ${concentration.toFixed(2)} ng/μL`);
20console.log(`Total DNA: ${totalDNA.toFixed(2)} μg`);
21
1public class DNACalculator {
2 /**
3 * Hitung konsentrasi DNA dalam ng/μL
4 *
5 * @param absorbance Bacaan absorbansi pada 260nm
6 * @param dilutionFactor Faktor pengenceran sampel
7 * @return Konsentrasi DNA dalam ng/μL
8 */
9 public static double calculateDNAConcentration(double absorbance, double dilutionFactor) {
10 return absorbance * 50 * dilutionFactor;
11 }
12
13 /**
14 * Hitung jumlah total DNA dalam μg
15 *
16 * @param concentration Konsentrasi DNA dalam ng/μL
17 * @param volumeUL Volume larutan DNA dalam μL
18 * @return Jumlah total DNA dalam μg
19 */
20 public static double calculateTotalDNA(double concentration, double volumeUL) {
21 return (concentration * volumeUL) / 1000;
22 }
23
24 public static void main(String[] args) {
25 double absorbance = 0.42;
26 double dilutionFactor = 3;
27 double volume = 150;
28
29 double concentration = calculateDNAConcentration(absorbance, dilutionFactor);
30 double totalDNA = calculateTotalDNA(concentration, volume);
31
32 System.out.printf("Konsentrasi DNA: %.2f ng/μL%n", concentration);
33 System.out.printf("Total DNA: %.2f μg%n", totalDNA);
34 }
35}
36
1# Fungsi R untuk perhitungan konsentrasi DNA
2
3calculate_dna_concentration <- function(absorbance, dilution_factor = 1) {
4 # Mengembalikan konsentrasi DNA dalam ng/μL
5 return(absorbance * 50 * dilution_factor)
6}
7
8calculate_total_dna <- function(concentration, volume_ul) {
9 # Mengembalikan jumlah total DNA dalam μg
10 return((concentration * volume_ul) / 1000)
11}
12
13# Contoh penggunaan
14absorbance <- 0.35
15dilution_factor <- 4
16volume <- 200
17
18concentration <- calculate_dna_concentration(absorbance, dilution_factor)
19total_dna <- calculate_total_dna(concentration, volume)
20
21cat(sprintf("Konsentrasi DNA: %.2f ng/μL\n", concentration))
22cat(sprintf("Total DNA: %.2f μg\n", total_dna))
23
Pertanyaan yang Sering Diajukan
Apa perbedaan antara konsentrasi DNA dan kemurnian DNA?
Konsentrasi DNA mengacu pada jumlah DNA yang ada dalam suatu larutan, biasanya diukur dalam ng/μL atau μg/mL. Ini memberi tahu Anda seberapa banyak DNA yang Anda miliki tetapi tidak menunjukkan kualitasnya. Kemurnian DNA menilai keberadaan kontaminan dalam sampel DNA Anda, biasanya diukur dengan rasio absorbansi seperti A260/A280 (untuk kontaminasi protein) dan A260/A230 (untuk kontaminasi senyawa organik). DNA murni biasanya memiliki rasio A260/A280 sekitar ~1.8 dan rasio A260/A230 2.0-2.2.
Mengapa faktor konversi berbeda untuk DNA, RNA, dan protein?
Faktor konversi berbeda karena setiap biomolekul memiliki koefisien ekstinksi unik (kemampuan untuk menyerap cahaya) karena komposisi kimianya yang berbeda. DNA double-stranded memiliki faktor konversi 50 ng/μL pada A260=1.0, sementara DNA single-stranded adalah 33 ng/μL, RNA adalah 40 ng/μL, dan protein (diukur pada 280nm) bervariasi secara luas tetapi rata-rata sekitar 1 mg/mL pada A280=1.0. Perbedaan ini muncul dari komposisi nukleotida atau asam amino yang bervariasi dan sifat absorbansi mereka.
Seberapa akurat pengukuran konsentrasi DNA spektrofotometrik?
Pengukuran konsentrasi DNA spektrofotometrik umumnya akurat dalam rentang linier (biasanya A260 antara 0.1 dan 1.0), dengan presisi sekitar ±3-5%. Namun, akurasi menurun pada konsentrasi yang sangat rendah (di bawah 5 ng/μL) dan dapat dipengaruhi oleh kontaminan seperti protein, RNA, nukleotida bebas, atau buffer tertentu. Untuk pengukuran yang sangat akurat dari sampel yang diencerkan atau ketika kemurnian tinggi diperlukan, metode fluorometrik seperti Qubit atau PicoGreen disarankan karena lebih spesifik untuk DNA double-stranded.
Bagaimana cara saya menginterpretasikan rasio A260/A280?
Rasio A260/A280 menunjukkan kemurnian sampel DNA Anda sehubungan dengan kontaminasi protein:
- Rasio sekitar 1.8 umumnya diterima sebagai "murni" untuk DNA
- Rasio di bawah 1.8 menunjukkan kontaminasi protein
- Rasio di atas 2.0 mungkin menunjukkan kontaminasi RNA
- pH dan kekuatan ionik larutan juga dapat mempengaruhi rasio ini
Meskipun berguna sebagai pemeriksaan kualitas, rasio A260/A280 tidak menjamin DNA berfungsi, karena kontaminan lain atau degradasi DNA mungkin tidak mempengaruhi rasio ini.
Dapatkah saya mengukur konsentrasi DNA dalam larutan berwarna?
Mengukur konsentrasi DNA dalam larutan berwarna menggunakan spektrofotometri dapat menjadi tantangan karena warna tersebut mungkin menyerap pada atau dekat 260nm, mengganggu pengukuran DNA. Dalam kasus seperti itu:
- Lakukan pemindaian panjang gelombang (220-320nm) untuk memeriksa pola absorbansi yang tidak normal
- Gunakan metode fluorometrik seperti Qubit, yang kurang terpengaruh oleh warna sampel
- Murnikan DNA lebih lanjut untuk menghilangkan senyawa berwarna
- Terapkan koreksi matematis jika spektrum absorbansi senyawa yang mengganggu diketahui
Apa volume minimum yang dibutuhkan untuk pengukuran konsentrasi DNA?
Volume minimum tergantung pada instrumen yang digunakan:
- Spektrofotometer tradisional dengan cuvette biasanya memerlukan 50-100 μL
- Spektrofotometer mikro-volume seperti NanoDrop hanya memerlukan 0.5-2 μL
- Metode fluorometrik biasanya memerlukan 1-20 μL sampel ditambah volume reagen
- Pembaca mikroplat biasanya menggunakan 100-200 μL per sumur
Spektrofotometer mikro-volume telah merevolusi kuantifikasi DNA dengan memungkinkan pengukuran sampel berharga dengan persyaratan volume minimal.
Bagaimana cara saya menghitung faktor pengenceran?
Faktor pengenceran dihitung sebagai:
Sebagai contoh:
- Jika Anda menambahkan 1 μL DNA ke 99 μL buffer, faktor pengencerannya adalah 100
- Jika Anda menambahkan 5 μL DNA ke 45 μL buffer, faktor pengencerannya adalah 10
- Jika Anda menggunakan DNA yang tidak diencerkan, faktor pengencerannya adalah 1
Selalu gunakan buffer yang sama untuk pengenceran seperti yang digunakan untuk mengosongkan spektrofotometer.
Bagaimana cara saya mengonversi antara unit konsentrasi yang berbeda?
Konversi unit konsentrasi DNA yang umum:
- 1 ng/μL = 1 μg/mL
- 1 μg/mL = 0.001 mg/mL
- 1 ng/μL = 1000 pg/μL
- 1 μM dari fragmen DNA 1000 bp ≈ 660 ng/μL
Untuk mengonversi dari konsentrasi massa (ng/μL) ke konsentrasi molar (nM) untuk fragmen DNA:
Apa yang dapat menyebabkan pengukuran konsentrasi DNA yang tidak akurat?
Beberapa faktor dapat menyebabkan pengukuran konsentrasi DNA yang tidak akurat:
- Kontaminasi: Protein, fenol, guanidin, atau reagen ekstraksi lainnya dapat mempengaruhi absorbansi
- Kelembaban: Gelembung udara dalam jalur cahaya dapat menyebabkan bacaan yang salah
- Degradasi DNA: DNA yang terfragmentasi mungkin memiliki sifat absorbansi yang berubah
- Pengosongan yang tidak tepat: Menggunakan buffer yang berbeda untuk kosong daripada yang digunakan untuk melarutkan DNA
- Larutan yang tidak homogen: Larutan DNA yang tidak dicampur dengan baik memberikan bacaan yang tidak konsisten
- Kalibrasi instrumen: Spektrofotometer yang tidak terkalibrasi atau kotor menghasilkan hasil yang tidak dapat diandalkan
- Pengukuran di luar rentang linier: Nilai absorbansi yang sangat tinggi atau sangat rendah mungkin tidak akurat
Dapatkah saya menggunakan kalkulator ini untuk konsentrasi RNA?
Meskipun kalkulator ini dioptimalkan untuk DNA double-stranded (menggunakan faktor konversi 50 ng/μL), Anda dapat mengadaptasinya untuk RNA dengan:
- Mengukur A260 seperti biasa
- Mengalikan dengan 40 alih-alih 50 (faktor konversi spesifik RNA)
- Menerapkan faktor pengenceran yang sesuai
Rumus untuk RNA adalah:
Referensi
-
Gallagher, S. R., & Desjardins, P. R. (2006). Kuantifikasi DNA dan RNA dengan spektroskopi absorbansi dan fluoresensi. Protokol Saat Ini dalam Biologi Molekuler, 76(1), A-3D.
-
Sambrook, J., & Russell, D. W. (2001). Kloning molekuler: manual laboratorium (edisi ke-3). Penerbit Laboratorium Cold Spring Harbor.
-
Manchester, K. L. (1995). Nilai rasio A260/A280 untuk pengukuran kemurnian asam nukleat. BioTechniques, 19(2), 208-210.
-
Wilfinger, W. W., Mackey, K., & Chomczynski, P. (1997). Pengaruh pH dan kekuatan ionik pada penilaian spektrofotometrik kemurnian asam nukleat. BioTechniques, 22(3), 474-481.
-
Desjardins, P., & Conklin, D. (2010). Kuantifikasi mikrovolume nukleat menggunakan NanoDrop. Jurnal Eksperimen yang Terlihat, (45), e2565.
-
Nakayama, Y., Yamaguchi, H., Einaga, N., & Esumi, M. (2016). Pitfalls of DNA Quantification Using DNA-Binding Fluorescent Dyes and Suggested Solutions. PLOS ONE, 11(3), e0150528.
-
Thermo Fisher Scientific. (2010). Penilaian Kemurnian Asam Nukleat. T042-Buletin Teknis.
-
Huberman, J. A. (1995). Pentingnya mengukur absorbansi asam nukleat pada 240 nm serta pada 260 dan 280 nm. BioTechniques, 18(4), 636.
-
Warburg, O., & Christian, W. (1942). Isolasi dan kristalisasi enolase. Biochemische Zeitschrift, 310, 384-421.
-
Glasel, J. A. (1995). Validitas kemurnian asam nukleat yang dipantau oleh rasio absorbansi 260nm/280nm. BioTechniques, 18(1), 62-63.
Siap untuk menghitung konsentrasi DNA Anda? Gunakan kalkulator kami di atas untuk mendapatkan hasil yang akurat secara instan. Cukup masukkan bacaan absorbansi Anda, volume, dan faktor pengenceran untuk menentukan baik konsentrasi maupun jumlah total DNA dalam sampel Anda.
Maklum balas
Klik toast maklum balas untuk mula memberi maklum balas tentang alat ini
Alat Berkaitan
Temui lebih banyak alat yang mungkin berguna untuk aliran kerja anda